CERITA BERHENTI MENULIS

 






Hai guys! Jadi untuk permulaan blog ini aku mau cerita gimana akhirnya aku berhenti menulis dan sekarang mencoba memulai lagi. Jadi dari waktu smp itu aku udah jatuh cinta sama yang namanya sastra, entah itu puisi atau cerpen. Pas smp itu aku deket banget sama guru-guru bahasa Indonesia, karena mereka bisa bikin aku makin jatuh cinta sama si sastra ini, sering diajarin bikin puisi , konsul dan bahkan diikut sertakan lomba puisi antar sekolah. Dari situ mulai sering bikin puisi satu buku penuh isinya puisi semua, ya puisi-puisi amatir gitu. Setelah masuk ke SMK udah jadi jarang nulis lagi tuh karena jujur kegiatan sekolah smk yang banyak prakteknya menyita banyak waktu. Tapi tetep sekali-kali menulis puisi.
Karena pada saat itu udah jaman media social, facebook paling popular pada saat itu. Aku mulai cari akun-akun puisi gitu kan, dan sering like atau bahkan membagikan dilaman facebook ku. Tapi entah kenapa teman-temen yang lain selalu mengatakan puisi itu lebay, tiap kali nulis puisi dibilangnya lagi galau lah,lagi sedih lah, dan terkesan meremehkan. Padahal memang kebanyakan puisi itu lahir dari perasaan-perasaan sedih. Tapi maksud mereka malah lebih mengarah nyindir. Dalem hati kan ko mereka gak nikmatin kata-katanya aja, kalaupun gasuka yaudah gausah komen pake nada nyindir dan tatapan nyinyir juga. Tapi kan aku sendiri gak bisa ngendaliin emosi dan komentar orang mau ngomong apa.
Ada satu waktu buku tempat biasa aku nulis diambil orang dan isinya dibaca, dia bacain didepan orang-orang banyak dan setelah itu mereka semua ketawa. Iya , mereka ngetawain apa yang udah aku buat dengan penuh perasaan dan pemikiran. Dia bilang “gilee galau gini,sedih bacanya” sambil pura mewek abis itu ketawa lagi sama yang lain. Tau gaksih rasanya dipermalukan dan tidak dihargai didepan banyak orang? Sayangnya, aku masih muda banget pada saat itu. Anak muda yang gak mau keliatan beda sama anak lainnya dan gak mau kehilangan temen-temennya Cuma gara-gara aku orangnya puitis. Menurut mereka menjadi penulis adalah seseorang yang penuh rasa khayal, menyimpan rasa sakit hati,selalu galau , tidak bisa hidup dalam realita , dan gak pernah merasa bahagia. Konotasinya jelek banget sebagai penulis, dan mereka tidak bisa menghargai itu semua.
Dan setelah itu, aku membuang semua buku yang penuh catatan puisi dan cerpen itu. Sebagian besar aku bakar karena menumpuk jadi sampah. Aku bakar tanpa sisa,Karena jadinya bukan hanya aku membenci mereka, tapi aku benci sastra juga. tapi ternyata aku menulis satu puisi kekesalan pada memo handphone dan baru baca lagi kemarin2 ini sampe akhirnya aku memutuskan untuk membuat blog. Kali ini aku gak akan berhenti lagi meskipun diketawain banyak orang, meskipun tidak dihargai teman sendiri, meskipun dianggap jelek, tapi menulis adalah hal yang menyenangkan buat aku dan aku rasa itu bukan satu kesalahan. Dan beginilah puisi kekesalanku waktu itu,
Kepada sastra
Aku sudah berusaha menghilangkan kata “aku” pada setiap bait
“aku” yang menimbun makna keegoisan dalam deretan kata yang aku maknai

Kepada sastra,
Aku pernah memuja tiap katamu, dan aku pernah mencaci makna dari katamu
Sastra yang selalu muncul dari kesakitan sanubari seseorang, berubah menjadi deretan kalimat yang indah
Bukankah itu terlalu lancang?

Aku tak ingin menjadi aku yang bermakna egois
Aku tak ingin menjadi kemunafikan mereka yang bersedih
Jangan seret “aku” dalam masalalu kalian yang kalian anggap sama
Aku bukanlah sesuatu yang kalian maknai
Aku adalah sesuatu yang aku maknai sendiri
Apakah itu tetap jadi “aku” yang egois?

Puisi yang aku buat memang Cuma puisi amatiran, kata-kata yang aku buat juga kata-kata amatir yang jauh dari kata rapi dan sempurna. Karena coba memulai menulis lagi setelah sekian lama tidak menulis jadi canggung hehe.
Intinya sekarang, aku akan coba lebih kuat terhadap kritik. Dan mulai menghormati passion orang lain. Gak ada satupun orang yang pantas diremehkan dan tidak dihargai. Semua berhak memilih apa yang mereka suka tanpa terbebani apa kata orang.

Komentar

Postingan Populer