HARAP HILANG

 


Seperti apa kiranya bentuk harap ?

Apakah seperti setoples selai cokelat yang dioles diatas lembutnya roti pagi hari ?

Atau seperti secangkir kopi yang sering kamu minum ?

Rasanya, tidak keduanya. Tidak seperti itu yang aku percaya.

Mungkin aku lebih pasrah mempercayainya seperti sehembus angin sore menjelang senja. Sedikit mendingin , namun terasa nyaman. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Ya, seperti itulah kiranya harap. Ketika berharap semua berada diatas , semakin lama akan menurun menenui realita.

Aku mengatakan aku mencintaimu untuk bersama , kau mengatakan terima kasih untuk pergi.

Apa masih bisa kau katakan aku memegang harap ? seperti menggenggam sehembus angin sore itu ? mustahil.

Memang bila harap sudah tiada , perasaan sudah ditolak. Tidak bolehkah aku teruskan cinta yang aku rasa ini ?

 

Lalu darimana datangnya keyakinan ?

Apakah bentuknya seperti kue bolu yang berhasil kau buat didapur rumahmu ?

Manis , bentuk padat sempurna , bertekstur lembut , dan disukai semua orang ?

Keyakinan yang ditempatkan pada amygdala sebagai pusat ingatan emosi ini , terasa begitu menggebu kala menyebut namamu.

Bolehkah aku sedikit berkelana dalam imajinasi diluar kepala ?

Jika denganmu , lalu terbayang bagaimana kita akan menjalani hidup. Rumah minimalis akan kita pilih untuk menaungi hari kita , tak akan banyak ornamen berlebihan yang akan dipajang. Akan didominasi warna monokrom yang tampak nyaman dan elegan. Dengan halaman belakang disimpan sepasang kursi dan satu meja kecil untuk kita berbincang senja sambil menikmati secangkir kopi atau teh selepas kau pulang kerja. Pun yang menarik , mungkin kita akan memilih satu ruang untuk menyimpan buku-buku yang kita sukai dan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Imajinasi liar itu tak muncul ketika kusebut nama yang lain. Lalu kau bertanya “kenapa kau mencintaiku ?” sederhana kujawab, karena orangnya kamu. Sesosok manusia yang memiliki identitas itu, dengan isi kepala yang rumit dan hati yang teguh. Apapun kurang lebihmu jika sudah jatuh hati semua tampak tak masalah. Kalaupun kau tanyakan hanya akan kau dengar alasan yang umum.

Sebenarnya, mungkin hmmm entah. Aku hanya tau aku butuh kamu.

Jika boleh beralasan , kau tampak masuk akal untuk semua realita yang aku jalani. Kau bukan dari cerita dongeng ataupun fiksi yang sering diceritakan orang-orang. Yang membuat satu ruang dihati semakin dalam berlubang diisi kamu. Semenyebalkan apapun kamu , kata hati selalu ingin memilihmu dan aku masih bisa berdampingan dengan hal itu. Meski otak memberontak liar, ia kalah pada apa yang dikatakan hati.

Maka pada keyakinan yang entah datang darimana , yang rasanya begitu manis dan meyakinkan. Tolong, menghilanglah! Jangan ciptakan harap yang membuat aku kecewa lebih dalam dan jatuh lebih sakit. Aku bukan kehilangan harapan , justru aku harap rasa ini menghilang. Itu yang dia inginkan pun harus menjadi inginku juga. Agar tak ada yang menang atau merasa kalah tanpa bertanding.

Komentar

Postingan Populer