KEDAI KOPI
Malam panjang yang terasa singkat dengan Dua cangkir tertata dimeja yang kita minum perlahan. Sengaja, agar obrolan terasa lama. Tak peduli apa yang kita bahas, entah itu tentang buku yang kau baca sebelumnya atau tentang film yang kau tonton. Yang aku pedulikan, kau ada didepanku, duduk bersama dan bercerita bersama. Ya , aku memang sangat senang,terlampau senang.
Meskipun , pada tengah obrolan kau selalu sematkan dia. Kata dia yang sedikit mengusik rasa senang itu. Dia yang selalu kau rindukan sosoknya , dan tak hanya itu, Dia pun sosok yang kau butuhkan. Perasaan itu Berubah menjadi kecemburuan, kau begitu dalam mencintainya. Aku rasakan itu dari ceritamu, dan itupun terkatakan olehmu. Harusnya aku tidak peduli pada bahasan apapun kan ?
Bagaimana ini ?
Pada malam kau tanyakan “kita ini sebagai apa?”
Harusnya aku tegas mengatakan, kau hanya temanku. Cintailah terus dia, kau berhak untuk itu.
Sampai pada akhirnya, aku tak sanggup menjawab pertanyaan itu, sampai aku tak mampu lagi menjelaskan perasaanku sendiri. Sampai akhirnya , aku hilang kesempatan.
Bagaimana bisa, aku lancang masuk dalam hidupmu. Dengan dia yang selalu memenuhi ruang dihatimu. Dia yang selalu menjadi juara tanpa perlu berkompetisi dengan siapapun, dia yang senyumnya membuatmu gila, dengan segala tutur kata dan cerita yang dia bawa membuatmu semakin mencintainya.
Aku selalu kalah walaupun hanya berdiri, walau hanya menjadi pendengar. Aku kalah dengan semua hal yang aku bawa dan miliki. Aku kalah meski aku menjadi diri sendiri, aku kalah telak meski aku merasa akulah yang paling mencintaimu. Dia meninggalkanmu, dia tetap diurutan pertama dihatimu.
Aku bertahan, meski tahu tak berbalas. Aku tetap ada, walau hatimu tertaut padanya. Tapi aku tetaplah kalah.
Bukan usaha yang menentukan dalam hal ini, tapi tentang siapa orangnya.
Kau adalah sesosok lelaki yang aku kagumi , dari prinsip dan segala yang kau bawa. Sama seperti dia, kau dalam versiku selalu menang walau hanya duduk didepanku. Menceritakan segala hal tentang dirimu , dan senyum yang kau gambar. Kau selalu juara bagiku walau hal-hal sederhana yang kau lakukan. Rasanya ingin sekali terus kudengar keluh kesahmu , tak apa keluarkan saja tak perlu dipendam. Kedai kopi itu, tetap menjadi tempat paling special bagiku. Bukan tentang rasanya, tapi tentang dengan siapa orangnya.
Komentar
Posting Komentar