Petrichor

 




Ada ingatan yang tak luput dari lupa. Tersimpan dalam satu ruang kecil yang terletak di Lobus temporal otak yang berfungsi untuk mempertahankan ingatan. Begitu jelas aku mengingat tiap detailnya, begitupun dengan aroma air hujan yang menyentuh tanah pada hari kita akan pulang bersama. Rasa enggan dan canggung itu samar terasakan , pertama kalinya kita berbincang panjang lebar. Oh maaf , aku dan kamu terdengar lebih sopan sekarang. Hujan yang tidak disangka itu, menahan langkah yang harusnya bergerak. Andai hujan malam itu tidak turun, tak akan pernah ada satu jalan dimana aku dan kamu melangkahkan kaki bersama hingga menyusun cerita yang begitu melekat dalam ingatan. Berteduh dalam atap yang aku dan kamu bagi , hujan tak hanya memberi alasan berteduh  tapi waktu dan ukiran tawa yang kita lukiskan sembari menunggu.

Drew , mungkin hujan bersamamu itu yang pertama kali dan terakhir kalinya. Dalam teduh yang sama , dan aroma hujan yang aku dan kamu hirup , aku dan kamu pernah bercerita. Pernah menjadi dua orang yang hangat ditengah dinginnya udara malam itu. Saling menikmati waktu hujan daripada menyalahkannya. Tersenyum dan tertawa dalam satu ritme, hingga hujan reda cerita tentang aku dan kamupun menemui jeda yang panjang.

Drew , uluran tanganmu saat membawaku keluar dalam teduh itu sangat melekat. Dibandingkan berkata “hati-hati jalannya licin” kau langsung mengulurkan tangan seolah tahu aku  pasti akan jatuh jika tidak dipegangi. Menawarkan jaketmu yang kau pakai agar aku tidak kedinginan dalam angin malam selepas hujan , padahal dirimu saja begitu kedinginan. Memasangkan helm yang memang sengaja kau bawa dua , seolah aku anak kecil yang tak bisa memakainya sendiri. Aku dan kamu mulai bergerak , memulai yang harus segera diakhiri selepas aku turun dari motormu. Sesampainya dirumahku , kau melambaikan tangan , kamu menyuruhku masuk duluan tanpa harus menunggu berlalu. Tapi maaf drew , aku menunggumu didepan gerbang sampai aku benar-benar tak melihatmu , aku tak benar-benar mengakhiri apa yang aku mulai.

Drew , kamu memang sudah bukan lagi bagian dari ceritaku yang bersambung. Sudah tamat pada bab satu saat aku memulai. Tapi cerita tamat itu, selalu tak pernah menemui akhir diceritaku tentang kamu. Pada tulisan manapun , kamu adalah cerita yang tak pernah bosan aku baca. Dalam sudut pandangmu , cerita tentang aku sudah selesai saat kau mengantarku pulang. Atau mungkin saat kau berkata janji sehidup semati dengannya ?

Aku tidak pernah benar-benar tahu tentangmu , yang jelas hujan malam itu hujan yang paling aku syukuri. Entah untuk pertemuan , entah untuk ikhlas pada hari-hari selepas itu.

Komentar

Postingan Populer