Hard and Hurt

 


Suasana sunyi paling disukai wanita kecil bernama pramesti, tapi dia sendiri manusia yang super cerewet yang terkadang mengomentari pemotor bersepatu sneaker karena memakai kaos kaki yang begitu kontras, dia akan bilang pemotor itu berjiwa bebas karena seenaknya memadupadankan warna. Atau seolah seperti seorang chef ketika mengomentari jajanan pinggir jalan, dan jika enak ia akan berkata orang ini diciptakan istimewa oleh tuhan untuk membuat makanan ini meskipun yang dimakannya saat itu hanyalah cilok bumbu kacang. Dia juga seorang wanita bertubuh mungil yang akan tersenyum ketika mengetahui hujan telah turun. Badannya yang kecil itu akan segera berlari keluar hanya untuk menghirup aroma petrikor dan menengadahkan tangannya untuk bersalaman dengan hujan. Jika saja tidak ditarik kerah bajunya, ia akan langsung menyambut hujan dengan berlarian dan menari-nari dibawah hujan. Dia bilang hujan punya kepribadian menyenangkan , beraroma unik , menyejukkan dan mendinginkan. Untuk menjadi teman pramesti ini kalian harus bersaing dengan kepribadian hujan yang dia ciptakan.

Menurutku , dia hidup pada dunia imajinasinya yang kuat. Terkadang ia bisa saja melihat segala sesuatu seperti taman bermain. Aku tak pernah tau badai apa yang sedang dia alami, atau jalan terjal apa yang sedang ia lalui. Sesekali ia akan terdiam, tetapi ketika disapa atau ada orang lain disekitarnya dia akan tersenyum menceritakan hal konyol terhadap apa yang dilihatnya. Menurutku pramesti punya kepribadian lebih baik daripada hujan. Butuh waktu lama memang untuk memahami manusia yang setengah pikirannya berada dalam dunia imajinasi ini. Tapi aku merasa , hidup cukup mudah dilalui jika bersamanya. Dia bisa membuat suasana disekitar tampak akrab dan menghidupkan suasana dengan tingkah polahnya yang mengundang gelak tawa.

Suatu hari, aku mengajaknya pergi ke bukit bintang. Tak ada alasan khusus, aku ingin kesana saja dan aku tahu pram pasti menyukai tempat yang bisa melihat pemandangan yang indah. Iya pram, begitulah aku memanggilnya. Suasananya tidak terlalu ramai, cocok untuk menenangkan diri. Untuk pram dia cukup antusias diawal, memotret banyak hal, dia suka hal-hal yang menurutku random. Dia akan memotret tanahnya, tempat duduknya , mejanya , warung yang ada , momen ketika orang lain mengobrol , tanaman , rumput , dan hal yang tak mungkin ia lewatkan dalam hidup ketika dia melihat ulat. Dia akan memotret banyak sekali dari berbagai sudut. Dia selalu mengaku dirinya mirip ulat, yang punya muka bulat dan lucu. Setelah puas, dia akan menaruh handphonenya dan hanya akan melihat-lihat dan menikmati udara yang masih bersih.

“pram, tadi kamu lama banget ngambil foto disana”

“iyah , ada ulet lucu banget ga. Lihat nih, warna bulunya tuh hitam pekat tapi gak menyeramkan sama sekali karena ada detail warna kuning dibadannya. Dan tau gak, tadi aku lihat mukanya yang lucu dongg, keren banget. Hebat banget ya tuhan menciptakan hewan sedetail dan seindah itu. Tadi dia lagi makan daun, aku rekam nih momen pas dia ngunyah lucu banget ga kaya bocah baru belajar makan pipinya gembul”

Aku cukup tersenyum, karena setiap kali membahas ulat ia akan begitu antusias menceritakannya sambil menunjukkan foto-fotonya yang berhasil dia potret jumlahnya cukup banyak padahal posenya sama saja. Tapi aku menyukai kepribadian pram yang ceria seperti ini. Semoga wanita mungil ini memang selalu bahagia seperti ini. Meskipun aku agak khawatir masa iya untuk membuatnya tersenyum aku harus membawa sebuket bunga dengan ulatnya. Ia lebih menyukai ulat dibanding bunganya sendiri.

“yuga , ketika disini apa yang kamu rasain?”

“hm, nyaman. Aku suka udara disini, aku suka duduk dikursi ini, karena pemandangan malamnya cantik juga. Kalau menurut kamu gimana ?”

“kalo akuu, aku merasa seperti raksasa disini. Dan perkotaan dibawah itu mainanku, aku ingin tidur diantara gunung dan ditutup awan. Rasanya pasti seperti makan es krim disiang hari”

Benar-benar ni manusia, nglantur mulu kalau ngomong bikin gak paham aja.

“hahaha berarti kalau aku rasanya kaya minum kopi di jam dua siang. Gitu ya cara main perumpamaanya?”

“hahaha dah jago kamu ga”

“eh pram, aku mau tidur dulu bentar ya. 20 menit aja deh, suasananya nyaman banget soalnya , aku lagi mumet banget dikantor”

“oke ga, aku mau baca buku aja mumpung suasananya juga cocok”

Tak tega rasanya meninggalkan wanita mungil itu sendirian. Tapi dia orang yang cukup senang menghabiskan waktu sendiri. Ia tak pernah mengeluh kesepian, justru ia mencintai kesepian itu. Ia larut dalam ketenangan dan dunianya. Aku tak benar-benar tidur , sesekali aku mengintip apa yang sedang ia lakukan. Ia tersenyum pada buku yang dia baca, dan pada langit yang sedang menyaksikannya. Pada akhirnya aku terlelap tanpa sengaja, tiba-tiba aku kaget karena wanita mungil itu tidak ada lagi disampingku , tapi ia meninggalkan tas yang berisi dompetnya dibiarkan tergeletak begitu saja. Dasar ceroboh, kemana sang pemiliknya? Tanyaku.

Kedua bola mataku dengan cepat mencarinya, ternyata dia berada tak jauh dari posisiku. Ia sedang memandangi kota yang begitu berkilau dibawah sana karena cahaya lampu, sesekali ia menghirup udara panjang lalu tersenyum.

“pram sorry , aku ketiduran berapa lama ya?”

“hmm, dari jamku sih 35 menit. Kamu kelebihan waktu 15 menit ga”

“haha maaf , abisnya udaranya enak buat tidur”

“ga, pemandangannya bagus ya? Lihat deh, ada bulan”

Oh iya, satu hal lagi tentang pram. Ia begitu menyukai bulan, menurutnya bulan itu cantik , anggun , bertutur kata lembut , dan wanita yang tangguh. Entahlah, gambaran bulan dari mana ini aku tidak tahu, yang jelas begitulah dia memandang bulan.

“cantik pram, eh pulang yuk. Udah malem, takut hujan juga. Nanti kapan-kapan kita bisa kesini lagi kalo gak hujan”

“ga, kalau kapan-kapan itu gak pernah dateng gimana ? pernah gak sih kamu kepikiran dunia tanpa kamu tuh gimana ?”

Tidak biasanya pram berpikir seperti ini, atau memang ia selalu berpikir seperti ini ketika sendirian? Hanya saja ia tak pernah mengutarakannya.

“hmm, iya juga ya. Aku belum kepikiran kesitu sih, tapi aku coba jawab. Dunia akan baik-baik aja meskipun aku gak ada , yang hidup akan tetap bergerak. Dan orang yang menangisi kehilanganku dengan kencang esoknya akan menemukan cara dan kekuatannya lagi untuk hidup. Kita bukan apa-apa pram, kita hanya jadi kenangan nantinya yang akan dikenang dimomen tertentu”

“gitu yaaa, rasanya kaya bungkus ciki yang udah abis.”

“hah, bisa lebih bener lagi gak perumpamaannya ?”

“ya intinya aku merasa kosong aja ga, kalau aku gak ada aku akan dikenang seperti apa ? rasanya gak ada, setelah kematianku nanti orang-orang akan pulang kerumahnya dan melanjutkan pekerjaannya lagi”

“mau free trial dulu gak ?”

“trus abis trial harus bayar berapa? Yang serius ga ah” jawab pram sambil cemberut.

“kamu lagi kenapa pram? Gak biasanya kamu bahas kaya gini”

“yuga, boleh gak hari ini aja aku jadi diri aku sendiri yang bener-bener diri aku”

“kamu gak perlu minta ijin untuk hal itu pram”

“aku tu cape ga, urusan kerjaan gak bener, masalah dirumah bertambah , semua orang sedang mengeluh , orang-orang ngeluhnya sama aku seolah aku gak pernah ada keluhan. Aku juga mau di dengerin ga , aku juga mau diperhatiin , aku juga mau ditolongin , aku juga mau dianggap spesial. Aku tuh mau marah-marah tapi gak bisa, aku tuh mau sedih tanpa harus cerita ini dan itu. Aku Cuma mau nangis aja, aku Cuma mau marah aja”

Pramesti, wanita mungil yang selalu ceria itu, yang selalu menghidupkan suasana menyimpan keluh dan lukanya sendiri. Ia memendamnya sendirian, hanya untuk mendengarkan yang lain

“kenapa apa yang aku usahakan dengan keras gak berhasil ? kenapa selalu gagal, aku tuh cape, aku Cuma capee ga. Tolong , kenapa aku selalu gagal”

“pram, pram tenang dulu. Sabar.. coba tenangin diri dulu. Tuhan pasti punya alasan lain kenapa semua ini terjadi”

“haha.. aku tuh lagi gak nanya tuhan. Aku lagi curhat ke kamu. Aku udah berusaha keras ga, aku gak mau gagal dan malah nambah masalah”

“iyaa pram, sabar. Tenangin diri kamu, udah jangan nangis gitu. Aku ambil minum dulu biar kamu tenang gak emosional”

“ga, memangnya emosional seperti ini sebuah dosa ya? Aku ga boleh nangis ga? Ga boleh marah juga? Harus tenang dan sabar aja gitu ?”

“maksud aku kamu harus tenang, syukuri apa yang kamu punya”

“yugaa, aku bukan gak bersyukur. Aku Cuma cape, aku Cuma kesel aku muak. Aku Cuma mau mengelurakan emosi yang udah toxic ini. Salah banget ya ga punya emosi seperti itu ? aku harus nerima aja semua ini aja gitu?”

“praam – “

“ga aku juga manusia, punya emosi dan rasa. Ketika kaya gini, kamu cukup jadi pendengar aja. Emosi aku lagi mau keluar tapi malah dilarang dan ditekan gitu malah bikin aku sesak tau ga”

“pram sorry- a..aku”

“udahlah ga, ga penting aku kenapa. Kamu gak harus ngerti aku, kamu berhak bilang kaya gitu. Yuk pulang takut hujan aku gak bawa jas hujan”

Selepas itu, diperjalanan pulang aku dan pramesti hanya menjadi dua manusia yang saling terdiam. Aku memikirkan perkataanku tadi yang menyinggungnya. Dan pramesti, entahlah apa yang dia pikirkan sekarang. Semoga ia tak menangis saat ini.

“thanks ya ga , udah ngajak main dan nganterin aku”

“iyaa pram, pram soal yang tadi—“

“ga maaf ya emosi aku lagi gak bagus sekarang. Aku masuk duluan ya”

Komentar

Postingan Populer