Anak Terakhir

 



Hai, ini aku

Anak bungsu yang banyak dikata orang hidupnya paling enak dan bebannya paling sedikit. Kadang yang sedikit itu bisa sama beratnya. Pilihan-pilihan di depan mata terbatas, tergantung sukses atau gagalnya para kakak. Jika kakak berhasil, ia akan jadi tolak ukur yang harus aku samai atau lebihi. Jika kakak gagal, harus aku perbaiki berkali-kali lipat lebih baik. 

Aku tidak suka jika ada yang membandingkan beban siapa yang paling berat antara anak pertama, tengah dan terakhir. Bagiku semua ada porsinya masing-masing yang tidak bisa di sepelekan. 

Keluhan atau keinginanku harus aku lihat situasi dulu, jangan sampai bertabrakan dengan keinginan kakak. Banyak sekali beberapa barang yang aku terima adalah turunan dari kakak dengan dalih masih bagus. Aku harus memutar otak mencoba untuk bersebrangan dengan kakak hanya karena aku tidak ingin barang bekas kakak. Aku terlatih mengamati situasi-situasi yang terjadi. Lebih banyak yang aku pendam agar tidak memperkeruh suasana. 

Selalu dianggap anak kecil, bukan dari sisi menggemaskannya. Tapi dianggap tidak mampu dalam banyak hal. Lebih sering lagi tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karena suara anak terakhir tidak berpengaruh banyak. Anak terakhir, selalu terima jadi.


Komentar

Postingan Populer