SKSP 1 : Andai Kau Datang Kembali
Secangkir Kopi dan Sepotong Percakapan Episode 1
Setelah tidak denganmu rasanya ada yang kosong. Ada banyak
rutinitas yang terlewat yang membuatku merasa rindu akan masa-masa yang telah
menjadi kebiasaanku.
Akan aku beritahu apa yang aku lalui kala itu,
Aku masih mencoba mencerna dimana letak salahnya hubungan
kita. Apakah memang tidak bisa diselamatkan lagi, atau kamu yang tidak
berkenann memperjuangkan. Ketika aku jatuh cinta, aku jatuh dengan keras. Masih
coba aku meminta penjelasan yang detail, dan jelas agar aku merasa lega
mengetahui alasan sebenarnya.
Padahal, tanpa di jelaskan pun harusnya aku mengerti
sendiri. Tapi sudah kubilang, aku jatuh begitu keras dan mengabaikan semuanya.
Disaat kamu mengalami masa sulit, aku sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa,
bagaimana cara menghiburmu, dan bagaimana menolongmu. Hal terbaik yang aku bisa
hanyalah tetap berada disampingmu, menjadi sekutu yang akan selalu membelamu
yang selalu ada disaat kau di khianati dunia. Mereka boleh pergi, tapi aku
tetap tinggal.
Awalnya aku masih begitu semangat, aku masih berpikir ini
adalah ketulusanku untuk membantu dan berbagi rasa sakit. Semua berubah menjadi
senjata yang mematikan, disaat kau mengabaikanku. Hanya aku yang peduli padamu.
Kamu tidak membalas apapun yang aku kirimkan dalam pesan teks, semakin aku
menunggu kau semakin acuh. Aku pikir, mungkin kamu butuh waktu dan aku harus
memahaminya. Namun sedikit saja, kau menghargai detik demi detik yang hanya aku
gunakan untuk memikirkanmu.
Disaat aku mulai Lelah, dunia kini mulai turut
mengkhianatiku. Hal pertama yang aku pikirkan adalah, mungkin kamu sedang
sesakit aku. Tapi ada guratan sedih yang menjadi retak. Disaat aku berbagi rasa
sakitku, kamu semakin mengabaikan bahkan memutuskan untuk tak Bersama lagi.
Setidaksudi itukah kamu untuk sedikit menunjukkan rasa
peduli ?
Apa boleh aku bilang itu egois ?
Aku yang memberikan segalanya untukmu, bahkan Ketika tidak
dihargai pun aku masih tetap memaklumi. Sesederhana bertanya kenapa ? pun tak
keluar dari mulutmu. Disaat semua meninggalkanku, mengkhianatiku aku harap kamu
satu-satunya orang yang menjadi sekutu dan membelaku begitu kencang.
Ternyata tidak.
Aku tidak pernah tulus.
Aku mengharapkan balasan yang sama.
Andaikan kau datang Kembali, aku akan mengutukmu dengan
kejam.
Mengeluarkan semua amarah yang aku pendam, mencaci maki yang
selama ini aku telan. Aku menutup mata dengan kata cinta, sayang, dan nyaman.
Ternyata benar, kau Kembali. Apa kabar ? katamu.
Kabarku yang mana,
Kabar Ketika kau abaikan,
Kabar Ketika aku merasa terluka, sakit dan tak berharga
Atau kabar Ketika aku sudah berdamai dengan hal itu ?
Andai kau tahu, aku memaafkanmu untuk melepaskan dirimu dari
hidupku. Aku tidak sudi menyimpanmu sebagai kesalahan. Aku letakkan kamu
sebagai salah yang sudah aku maafkan.
Kini, aku mengabaikan semua pesan yang kau kirim. Aku
teringat diriku sendiri saat itu, mengirim pesan yang hanya kamu baca.
Aku tidak berniat membalasnya, karena amarah itu muncul
Kembali disaat aku sudah memutuskan memaafkan semuanya.
Jadi, andai kamu datang Kembali. Aku memutuskan untuk tak
berkata apa-apa lagi.
Komentar
Posting Komentar